Kisah Tempe Gosong (renungan untuk para lelaki)

Ijinkan saya bertutur sebuah kisah kenangan saya yang begitu indah bersama ayah saya....

Setiap hari, ibu selalu menyediakan kami  sarapan dan makan malam. 

Seperti malam ini juga,  sebagai sajian makan malam, ibu menghidangkan masakan sayur asam dan tempe, beserta sambal dan ikan asin di depan meja makan. 

Hanya kali ini tempe yang ibu sajikan setengah gosong.

Sambil kami menunggu memulai makan kami berdoa terlebih dahulu, usai berdoa saya menunggu apa reaksi ayah atas sajian tempe gosong ibu. 

Ternyata yang dilakukan ayah adalah menyantap makanan yang disajikan sambil tersenyum pada ibu, dan dengan antusias menanyakan kegiatan saya di sekolah.  Tanpa membahas sedikitpun tentang tempe yang gosong tersebut.

Saya tidak ingat apa yang dikatakan ayah malam itu, tetapi saya melihatnya  menikmati lauk tempe yang gosong itu, beserta sambal dan sayur asam. 

Saya memperhatikan ayah sambil santai mencuil bagian yang gosong dari tempe tersebut dan diletakkkan di bawah piring makannya. 

Ketika saya beranjak dari meja makan malam itu, saya mendengar ibu meminta maaf pada ayah karena tempe yang gosong itu. 

Satu hal yang tidak pernah saya lupakan adalah apa yang ayah katakan, “Sayang, jangan khawatir, aku suka juga kok tempe yang gosong”.

Sebelum tidur, saya pergi untuk memberikan ucapan selamat tidur pada ayah. Saya bertanya apakah ayah benar-benar menyukai tempe gosong seperti yang tadi di ucapkannya di depan ibu...?

Ayah memeluk saya erat dengan kedua lengannya dan berkata, 

"Nak, kamu tahu kenapa tempe itu sampai gosong...?"  "Karena hari ini rupanya ibumu sudah bekerja keras sepanjang hari ini dan dia benar-benar sangat kelelahan hingga tak punya tenaga lagi untuk memperhatikan tempenya saat di goreng" 

"Saat menggoreng, ibumu pasti sempat ketiduran sekejap, karena lelahnya, beruntunglah jika hanya tempenya yang gosong dan bukan ibumu yang gosong".

"Jadi dengan memakan tempe gosong tadi maka kita tidak akan menyakiti siapa pun terutama hati ibumu yang sudah seharian bekerja keras untuk kita semua...".

Tahu kah kamu nak, Apakah hal yang menyakiti hati seseorang ibu dan istri....? 

"KATA KATA KASAR.!!!  Dan tak pernah punya rasa berterima kasih !"  itulah yang paling menyakitkan tidak hanya hati seorang istri atau ibumu tapi juga semua orang. "

(berhentilah sejenak untuk merenungkannya......)

Lalu ayah melanjutkan, 

"kamu tahu, hidup itu penuh dengan hal-hal dan orang-orang yang tidak sempurna"

"Aku, Ayahmu juga bukanlah orang yang sempurna dalam segala hal dan masih sangat banyak kekurangan." 

"Karena ayah sadar akan ketidak sempurnaan ayah, maka yang ayah lakukan adalah menerima ketidaksempurnaan orang lain, dalam hal ini ketidaksempurnaan ibumu."

"Percayalah nak, apa bila setiap orang mau menyadari bahwa dirinya adalah manusia yang tidak sempurna dan penuh kekurangan lalu mau menerima ketidak sempurnaan orang lain, maka hidup ini akan lebih indah, damai dan akan jauh dari keributan dan pertengkaran. 

"Inilah sesungguhnya kunci terpenting untuk mewujudkan hubungan yang sehat dan harmonis dalam keluarga juga dalam bermasyarakat."

"Ingatlah selalu hal ini ya nak, ketika kelak kamu menjalani hidupmu."

(berhentilah sejenak untuk merenungkannya.....)

Sadarilah nak, Hidup itu terlalu singkat  dan menyakitkan untuk diisi dengan kebencian, kemarahan dan penyesalan.

"Jadi Isilah hidup kita yang singkat ini dengan saling menerima kekurangan kita dan kekurangan orang lain....."

"Isilah hidup kita yang singkat ini dengan saling mencintai dan menyayangi..."

Ingatlah pada pepatah, 

"Jika kamu tidak memiliki apa yang kamu sukai, maka sukailah apa yang kamu miliki saat ini".

Belajar menerima apa adanya dan berpikir positif...

Jalani hidup ini dengan keinsafan nurani. 

Jangan hanya mau menang sεndiri. 

Jangan suka sakiti sesama.

Belajarlah, tiada hari tanpa kasih sayang. 

Belajarlah, selalu berlapang dada dan mengalah. 

Belajarlah, lepaskan beban  hidup dengan ceria. 

Tak ada yang tak bisa diikhlaskan...

Tak ada sakit hati yang tak bisa dimaafkan... 

Tak ada dendam yang tak bisa terhapus... 

Sadarilah bahwa setiap detik hidup ini adalah berkah-Nya. 

Tapi sudahkah kita bersyukur?  

Hapuslah amarah dan dendam untuk hidup yang lebih baik

Semoga dengan ini semua kita bisa hidup lebih bahagia...



Posting Komentar untuk "Kisah Tempe Gosong (renungan untuk para lelaki)"